Dari narasi penjarahan hingga ke industri pariwisata modern di Bali, proyek ini merunut narasi yang terabaikan seputar keris Klungkung sejak dari muasalnya hingga ke dampak poskolonial yang relevan pada Bali hari ini. Film ini menyandingkan pengetahuan yang dicatat oleh arsip kolonial dengan pengetahuan dan mitos yang berkembang di komunitas, untuk mendedah pemahaman akan narasi yang lestari, mati, dan juga hilang.
Film ini menceritakan perjalanan patung Durga dari kawasan Singosari, yang secara paksa dipindahkan oleh kolonial Belanda untuk dijadikan patung taman dan koleksi antik, hingga akhirnya berhasil kembali ke Indonesia dan terlahir kembali sebagai seorang wanita.
Film ini menggambarkan perbandingan antara pemindahan paksa artefak ini dengan bagaimana perempuan telah mengalami kekuatan serupa sepanjang sejarah.
'Idak-Idak-Idak' adalah film dokumenter hibrid yang menghubungkan Harta Karun Lombok dengan diaspora masyarakat Sasak melalui tiga generasi: seorang anak perempuan, ibunya, dan neneknya. Menggabungkan visual dari sinematografi *full-spectrum* dengan rekaman pribadi menggunakan* handycam*, film ini bergerak antara Indonesia dan Belanda untuk menelusuri warisan kolonial, keterasingan, serta proses penyembuhan hati dan pencarian rumah. "Idak" dapat dimaknai sebagai hati sekaligus ketiadaan, yang menjadi wadah bagi ingatan, kehilangan, dan lapisan diri yang tak terlihat.